Wednesday, December 12, 2012

Linimassa2: Kompleksitas yang Kembali pada Kesederhanaan


“Teknologi adalah berkah, bukan bencana”, mungkin inilah satu dari banyak makna yang bisa kita ambil dari film documenter tentang media, Linimassa2. Mengingat adanya pandangan “Jika ingin menguasai dunia, kuasailah media”, kini media semakin terasa perannya. Dengan fungsinya sebagai pemberi informasi, ia mampu menduduki peran penting sederajat konsep pemerintahan Indonesia, Trias Politika. Dimana, saat terdapat badan eksekutif, legislatif, dan yudikatif, media seolah menduduki posisi sebagai badan independen yang berperan sebagai pengontrol sekaligus pengawas yang bebas. Parahnya, ia kini diwaspadai sebagai pemacu utama munculnya Perang Dunia 3. Analogi kecil bisa kita tilik pada cuplikan Linimassa2 tentang kerusuhan di sebuah daerah di Ambon bulan September 2011 yang lalu. Rusuh yang sebenarnya terjadi hanyalah di satu daerah kecil di Ambon, dan hanya disebabkan oleh tewasnya satu orang tukang ojek. Namun, dengan media yang “membakar”, wilayah kerusuhan meluas, tak terkendali, dan banyak warga Ambon terlibat langsung didalamnya. Media mainstream (koran, televise, radio, dan internet)—yang membelakangi kepentingannya—menjadi bersifat menjual berita daripada mengabarkan berita. Berbeda dengan media kecil (facebook, twitter, dan blog) yang lebih murni dalam mengabarkan berita—yang memiliki tak kalah manfaat—yang dibahas secara rapi dalam film Linimassa2.
          Film ini disusun oleh kerjasama berbagai lembaga mulai dari ICT Watch, Watchdoc, dan Chanel Internet Sehat di belakang orang-orang berpengalaman di bidang jurnalistik seperti @sweethellena, @andhy_panca, @dandhy_laksono, dkk. Ya, mereka mungkin lebih suka menampilkan namanya dengan akun twitter karena mungkin jejaring sosial ini sudah bisa menjadi sarana jurnalisme tersendiri. Selain itu, blog juga menjadi perangkat jurnalisme bagi beberapa dari mereka. Linimassa2 lebih banyak membahas penggunaan media-media kecil, tak lepas dari posisi negara kita yang tinggi dalam penggunaan facebook dan twitter di kancah internasional. Tak hanya menggunakannya, banyak dari kita juga memanfaatkannya. Memilihnya sebagai berkah, bukan bencana.


            Dari berbagai pelosok di Indonesia, Linimassa2 mengupas beragam berkah dari adanya media berbasis teknologi, seperti Primadona FM Radio Community di Lombok, Desa Multimedia di Tasikmalaya, Komunitas HIV/AIDS di Jakarta, Emak-Emak Blogger di Jakarta, Komunitas Difabel di Jakarta, dan Kampung Cyber di Yogyakarta. Hal yang lebih menarik untuk dibahas diantaranya Emak-Emak Blogger, Primadona FM, dan Kampung Cyber.
            Yati Rachmat, anggota Emak-Emak Blogger berusia 72 tahun memanfaatkan blog untuk melatih dan menjaga otak dari gejala umum seorang lansia, kepikunan. Disinilah hal yang cukup unik bahwa dengan menulis di blog, otak menjadi tetap terpelihara dari lemahnya menyerap dan mengingat kembali informasi. Tak hanya itu, wanita ini juga memasuki bidang bisnis reseller dengan kepemilikan akun facebook mulai Maret 2009. Wanita yang tetap berjiwa muda.

            Kini masyarakat tak lagi menunggu wartawan untuk meliput daerahnya, karena mereka sendirilah pewartanya. Primadona FM telah membantu seorang warga dalam mempublikasikan terhambatnya penggunaan air di daerahnya. Kitanep, seorang penjaga hutan di pelosok Lombok mengadu ke lembaga penyiaran radio tersebut untuk diteruskan ke pihak yang bertugas. Media telepon genggam standar digunakan untuk memotret kerusakan yang terjadi, lalu dipindah ke laptop, diunggah ke internet, dan hasilnya bantuan datang. Sebuah cara mudah dari teknologi yang juga tidak mewah.
            Teknologi yang mudah juga digunakan pada Kampung Cyber. Dari 141 warga, sudah 90%-nya menggunakan internet. Persentase yang mengagumkan untuk kalangan desa. Salah satu warganya juga memanfaatkannya untuk berwirausaha, yakni Lek Iwon. Menggunakan facebook dan blog, karya batiknya bisa melambung skala nasional, bahkan internasional. Produk seorang warga desa di Yogyakarta kini sudah bisa dijangkau dari Jepang hanya dengan layar kaca.
            Indonesia kini telah memiliki potensi yang baik dalam pemanfaatan media, data penggunanya diantaranya:
1.       55.000.000 pengguna internet,
2.      42.900.000 pengguna facebook,
3.      24.900.000 pengguna twitter,
4.      100.000.000 pengguna selular aktif,
5.      3.300.000 pengguna blog
Fungsi awal tercipta media dan teknologi adalah untuk membantu. Ketiga orang di atas telah membuktikan bahwa menggunakan fungsi teknologi untuk “membantu” adalah hal yang lebih baik. Mereka memilih cara yang mudah dan sederhana. Media mainstream yang kini dibelakangi oleh banyak kepentingan mulai tersaingi media sosial yang sebelumnya memiliki peranan yang kecil. Di balik aktivitasnya yang lebih jujur, media sosial digemari cukup banyak orang. Seperti Almas dkk, mereka lebih percaya terhadap teman-temannya sendiri yang memang berdomisili di Ambon daripada media mainstream. Meskipun media besar tersebut lebih tersistem, faktor persaudaraan terhadap sahabat sendiri dalam media kecil tetap tidak bisa mengalahkan kepercayaan mereka terhadap media besar. 


Dari keseluruhan, Linimassa2 sangat bagus dalam hal penyajian. Banyak menggunakan lagu-lagu daerah sebagai pengantar, menampilkan jurnalisnya dengan perangkat laptop dimana-mana agar terasa pentingnya media, dan tidak hanya membahas daerah pelosok saja namun juga daerah metropolitan seperti Jakarta. Selain itu, film ini disajikan dengan subtitle bahasa Inggris agar bisa dikonsumsi sampai kancah internasional. Satu hal yang cukup disayangkan atau bisa dijadikan evaluasi untuk film Linimassa berikutnya adalah aspek desain visualnya yang kurang memanjakan penonton. Perlu adanya tambahan desain-desain grafis agar lebih bervariasi.
Akhirnya, Linimassa2 menjadi satu film documenter yang direkomendasikan, bahkan wajib ditonton berbagai kalangan warga Indonesia. Karena media menjadi hal yang sangat penting di era global ini. Linimassa2 juga menyadarkan betapa media-media kecil lebih arif dibandingkan media-media mainstream. Dengan ini kita menjadi saksi, bahwa modal kuat mungkin akan menggusur yang lemah, tapi modal kuat tak selalu memberi lebih banyak arti. Teknologi awalnya difungsikan sebagai berkah, bukan bencana. Dan, kesederhanaan adalah kembali kepada fungsi awalnya.
Untuk menonton Linimassa2, klik: http://linimassa.org/