BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesarean
Gunung Kawi adalah perluasan makam Panembahan Djoego dan Raden Mas Iman
Soedjono. Tempat ini sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan spiritual. Hal
ini dapat dilihat dari banyaknya dupa yang ditaruh di dalam Pesarean Gunung
Kawi dan banyaknya orang jual bunga untuk ritual. Di dalam pesarean ini juga
terdapat beberapa tempat untuk ritual, di antaranya makam Panembahan Djoego,
dimana di dalamnya digunakan orang-orang untuk berdoa mendekati makam sambil
duduk berjalan. Beberapa orang yang sudah mendekati makam akan memasukkan
tampah berisi bunga merah dan bunga putih, serta beberapa bungkusan yang juga
berisi uang puluhan ribu.
Di
dekat makam tersebut, terdapat juga guci peninggalan Panembahan Djoego yang air
di dalamnya dipercaya dapat membuat awet muda dan tetap sehat. Setiap orang
yang masuk ke dalam tempat tersebut akan mengambil air dengan gayung khusus
yang disediakan di sana, lantas meminumnya atau membasuhkannya ke wajahnya.
Jika diminumnya, maka ia percaya air tersebut dapat membuatnya tetap sehat dan
jika dibasuhkannya ke wajahnya, ia percaya air tersebut dapat membuat wajahnya
terlihat awet muda.
Hal
yang paling menarik perhatian orang-orang sekitar adalah pohon dewandaru yang
dipercaya dapat mengabulkan doa para pengunjung. Para pengunjung yang doanya
ingin dikabulkan percaya bahwa agar doanya benar-benar terkabul, maka ia perlu
melakukan suatu ritual. Ritual tersebut adalah memutari area pohon dewandaru
tersebut sebanyak tiga kali. Jika batinnya belum merasa cukup, maka ia bisa
menambah putaran tersebut menjadi tujuh kali. Setiap satu putaran yang
dilaluinya, maka ia wajib berhenti di depan pohon dewandaru dan berdoa mengenai
apa yang diinginkannya. Begitulah terus hal yang wajib dilakukannya sebanyak
tiga atau tujuh kali. Masyarakat dan pengunjung pesarean Gunung Kawi juga
percaya bahwa orang yang dijatuhi daun dewandaru dipastikan akan kaya raya
dalam waktu dekat.
Ada
hal unik lainnya yakni Ciam Si. Tempat ini merupakan satu-satunya tempat berbau
adat China yang berada di dalam Pesarean Gunung Kawi yang beradat Jawa. Ciam Si
biasa digunakan para pengunjung untuk mengetahui arti nasib mereka pada saat
itu maupun nasib apa yang akan mereka alami di masa mendatang. Uniknya, nasib
mereka hanya ditentukan oleh kertas ramalan yang didapatkan dari hasil kocokan
bambu yang ada di dalam Ciam Si. Hal ini cukup menarik perhatian sehingga
dirasa perlu untuk diteliti.
1.2 Rumusan Masalah
Terdapat beberapa
rumusan masalah yang akan dikaji dalam proposal penelitian ini, di antaranya
sebagai berikut.
1.
Mengapa para pengunjung Pesarean Gunung Kawi
ingin mengetahui nasibnya ke Ciam Si?
2.
Bagaimana para pengunjung Ciam Si bisa percaya
bahwa kertas ramalan tersebut benar-benar menggambarkan nasibnya?
1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan
dengan rumusan masalah di atas, terdapat beberapa tujuan penelitian dalam
proposal penelitian ini. Di antaranya sebagai berikut.
1. Mengetahui dan memahami dorongan apa yang
melatarbelakangi para pengunjung Pesarean Gunung Kawi untuk mengetahui nasibnya
ke Ciam Si.
2. Mengetahui
dan memahami bagaimana para pengunjung Ciam Si bisa percaya akan kertas ramalan
Ciam Si tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Secara teoritis, hasil
penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmiah dalam bidang studi
psikologi khususnya studi tentang metodologi penelitian kualitatif. Selain itu,
penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk bacaan ataupun
referensi bagi semua pihak. Khususnya bagi Program Studi Psikologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.
2. Secara praktis, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan dapat menjawab
rasa penasaran semua pihak khususnya pada ritual Ciam Si yang terdapat di
daerah kawasan Pesarean Gunung Kawi.
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Ciam
Si Gunung Kawi
Ciam Si Gunung
Kawi adalah sebuah bangunan kelenteng yang bertempat di sebelah Barat makam
yang dilengkapi dengan ramalan nasib. Tempat ini adalah
satu-satunya tempat berlatar belakang adat China yang terdapat di dalam
Pesarean Gunung Kawi yang berlatar belakang adat Jawa. Tempat ini digunakan
para pengunjung untuk mengetahui nasibnya di masa sekarang dan masa mendatang
berlandaskan kepercayaan mereka sendiri. Melalui Ciam Si itu, mereka meyakini bahwa
apa yang akan terjadi pada diri mereka akan bisa dilihat. Ciam Si bagi mereka
adalah sarana ritual yang tidak lepas dari mitos makam Panembahan Djoego dan
Iman Soedjono.
Cara meramalkan
nasib mereka itu adalah dengan mengambil tabung berisikan batang-batang bambu,
kemudian memutarkan tabung tersebut sebanyak tiga putaran ke atas tiga lilin
secara bergiliran sambil membaca doa agar hasil kocokannya berkah. Berikutnya
adalah mengocok-ngocok tabung bamboo tersebut dengan posisi horizontal sambil
menunggu jatuhnya satu batang bamboo. Tiap batang bamboo memiliki nomor, maka
batang bamboo yang jatuh tersebut kemudian ditukarkan dengan kertas ramalan
bernomor sesuai nomor batang bamboo yang jatuh tersebut. Kertas ramalan yang
didapat berisikan syair dengan makna yang berbeda-beda. Jika kesulitan
menafsirkan syair tersebut, maka dapat meminta ke para penafsir sekitar Ciam Si
untuk ditafsirkan. Jika maknanya adalah baik, para penafsir Ciam Si dan
masyarakat sekitar Pesarean Gunung Kawi menganjurkan untuk menyimpan kertas tersebut,
namun jika maknanya adalah buruk, para penafsir dan masyarakat menganjurkan
untuk membakarnya.
2.2
Efek
Barnum
Efek Barnum adalah sebuah manipulasi psikologis dimana
variabel yang sebenarnya berlaku untuk semua orang dan semua kondisi
diperlihatkan berlaku khusus pada orang tertentu atau kondisi tertentu. Teori
efek Barnum juga dikembangkan oleh seorang psikolog asal Amerika, Bertram R. Forrer,
sehingga dikenal juga dengan nama efek Forrer. Forrer membuktikan adanya teori
efek ini dengan penelitiannya. Ia membagikan
39 amplop tertutup kepada 39 mahasiswanya sebagai hasil tes kepribadian yang
dilakukan seminggu sebelumnya. Isinya adalah sebagai berikut.
“
Anda merasa perlu untuk disukai dan dikagumi orang lain, tapi pada saat yang
sama anda juga cenderung kritis terhadap diri sendiri. Anda mempunyai kapasitas
besar terpendam yang sebenarnya bisa anda kerahkan demi kesuksesan anda. Meski
anda memiliki sisi lemah dalam kepribadian, tapi anda biasanya berhasil untuk
mengkompensasinya. Dari luar anda terlihat sebagai seorang berdisiplin dan
percaya diri, namun di dalam anda adalah seorang yang was-was dan tidak percaya
diri. Terkadang anda memiliki keraguan serius apakah anda sudah membuat
keputusan atau sudah betindak benar atau tidak. Dalam kapasitas tertentu anda
lebih memilih sesuatu yang berbeda dan merasa gusar dengan kekangan dan
pembatasan. Anda merasa bangga menjadi seorang pemikir independen dan tidak
pernah menerima statemen orang lain tanpa alasan memuaskan. Anda juga menilai
tidak bijaksana jika terlalu berterus terang dalam mengungkapkan diri terhadap
orang lain. Terkadang anda adalah seorang agresif, ramah dan sosial, ada pula
kalanya tertutup, waspada dan pendiam. Terkadang apa yang anda inginkan tidak
begitu realistis. Merasa aman dan nyaman adalah sebuah tujuan utama
anda”.
Setelah
dibaca, sang professor meminta agar setiap orang memberi penilaian dengan
parameter:
1. sama sekali tidak mencerminkan saya,
2. tidak mencerminkan saya,
3. sedikit -banyaknya mencerminkan,
4. mencerminkan saya,
5.
sepenuhnya
mencerminkan saya.
Hasilnya
mencengangkan, Forrer memperoleh angka rata-rata 4.26. Mayoritas anketor
menyatakan bahwa kriteria tersebut secara spesifik mencerminkan kepribadiannya.
Pada penelitian serupa yang dilakukan setelah Forrer dengan jumlah peserta dan
ruang penelitian yang lebih luas, angka rata-rata yang didapat adalah 4.20.
Pernyataan
tersebut menarik perhatian banyak orang karena ditulis dengan ungkapan yang
menyentuh kepribadian setiap orang. Deskripsi semacam ini dalam logika bahasa
disebut tautologis. Sebuah pengulangan pernyataan yang tidak memberikan
informasi berarti apa-apa karena mengandung seluruh kemungkinan. Sama seperti
pernyataan “Hari ini mungkin hujan dan mungkin tidak”. Dengan memanfaatkan ego
narsisme dan keinginan tampil beda pada setiap orang, pernyataan ini mampu
meyakinkan kekhususan sebuah kondisi yang sebenarnya umum.
2.3
Teori Konstruk Personal George Kelly
Kelly memandang setiap individu adalah ilmuwan, ilmuwan
yang selalu membuat hipotesis berdasarkan persepsinya. Arah kehidupan individu
ditentukan oleh hipotesis yang dibuatnya. Dari hipotesis tersebut kemudian ia
senantiasa mencocokkannya kembali dengan kehidupan nyata. Hal ini terbukti dari
dua orang yang berbeda pandangan mengenai suatu hal dan berbeda respon dalam
menanggapinya. Misalnya, Andi dan Aris yang bertemu Charlie. Andi berpandangan
bahwa Charlie adalah seseorang yang bersahabat, sedangkan tidak demikian
menurut Aris. Aris menganggap Charlie adalah sosok yang cuek dan tidak
bersahabat. Saat Charlie menyapa Andi, Andi menanggapinya dengan senyuman ramah
karena berpikir bahwa Charlie adalah sosok yang hangat. Sedangkan saat Charlie
menyapa Aris, Aris meresponnya dengan seperlunya. Situasi yang sama
diinterpretasikan dan ditanggapi secara berbeda. Hal ini menyebabkan perbedaan
respon pula pada keduanya saat berinteraksi selanjutnya.
Dalam Teori Konstruk Personal, individu juga berperilaku
secara alamiah untuk mengantisipasi pengalaman buruknya dari masa lampau. Namun
lebih jauhnya, menurut Kelly individu berperilaku bukanlah semata-mata
dikarenakan oleh pengalaman masa lampaunya, namun untuk membangun konstruk atau
pandangan serta harapannya di masa depan. Masa lalu hanya digunakan sebagai
alat pembantu untuk menentukan bagaimana konstruknya mengenai masa depan. Orang
yang mengalami gangguan psikologis bukan disebabkan oleh trauma masa lalu,
namun karena kesalahan pembangunan konstruk pikirannya terhadap masa depan.
Lalu, apa sebenarnya penyebab kesalahan konstruk individu?
Penyebabnya adalah kecemasan. Seseorang yang pernah mengalami pengalaman buruk
tidak akan salah dalam membuat pandangan mengenai masa depan jika tidak sedang
mengalami kecemasan. Kecemasanlah yang membuat seseorang salah persepsi, salah
konstruk, selalu berpikiran buruk mengenai masa depan. Kecemasanlah yang selalu
membuat seseorang menjadi bingung dalam kehidupannya sehingga tidak bebas dalam
berperilaku dan tidak dapat mengaktualisasikan potensinya serta dirinya sendiri.
Di samping semua itu, ada pula individu yang salah membuat konstruk mengenai
masa depan yang tidak disebabkan oleh kecemasan. Individu ini salah karena
konstruknya yang terlanjur keras dan tidak dapat ditembus atau dimasuki oleh
konstruk yang berlawanan. Jika dalam bahasa keseharian, individu ini dapat
disebut sebagai individu yang terlalu keras kepala atau idealis.
2.4
Kerangka Pikiran
Adapun alur penyampaian pikiran dalam
proposal penelitian ini yakni sebagai berikut.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Teknik Pengambilan Subjek
Teknik
pengambilan subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan
subjek homogen, hal ini dikarenakan populasi yang ada di dalam Ciam Si adalah homogen.
3.3
Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data adalah bagian yang sangat penting dalam penelitian, karena
digunakan untuk mengetahui keabsahan data dari suatu penelitian. Disini digunakan
terknik pengumpulan data sebagai berikut.
3.3.1 Observasi
Partisipan
Dalam hal ini cara untuk mendapatkan data adalah dengan
melakukan observasi dengan terjun langsung ke Ciam Si, serta melakukan ritual
yang sama seperti pengunjung lainnya. Hal ini bertujuan agar dapat mengumpulkan
data secara lebih akurat dan turut memahami dan mempraktikkan bagaimana sebuah
ritual dilaksanakan. Dari hasil observasi didapatkan bahwa seluruh pengunjung
Ciam Si adalah orang-orang yang berpakaian sederhana.
3.3.2 Wawancara Tak
Berstruktur
Wawancara dilakukan secara tak berstruktur atau mengikuti
kondisi yang ada. Dari hasil wawancara kepada para pengunjung didapatkan data
bahwa hampir semua atau bahkan semua pengunjung Ciam Si adalah orang-orang
dengan problem yang berkatian dengan psikologis, di antaranya seperti mengalami
kemiskinan ekonomi, kesulitan mendapatkan jodoh, dan mengalami masalah hidup. Wawancara
juga dilakukan kepada para penafsir kertas ramalan di sekitar Ciam Si.
3.3.3 Dokumentasi
Pengumpulan
data juga dilengkapi dengan dokumentasi. Dokumentasi di sini berupa pengambilan
gambar melalui kamera. Pengambilan gambar yang dilakukan adalah di luar sekitar
lingkungan Ciam Si dan di dalam Ciam Si termasuk para pengunjung di dalamnya.
3.4
Desain Penelitian
Desain
penelitian yang digunakan adalah desain studi kasus. Desain ini bersifat
spesifik dan khusus pada penelitian tertentu dan juga berskala lokal yakni
membahas satu lingkup subtopik saja. Desain ini bertujuan untuk mencari hakikat
dari suatu kasus, latar belakang historis, setting fisik, dan konteks kasus
khususnya ekonomi, politik dan hokum. Kelebihan dari desain penelitian ini
adalah dapat memperlajari mengenai pengetahuan proporsional dan eksperimental.
Adapun kelemahannya yakni hasil temuan yang dapat diterima namun
penggeneralisasiannya masih diragukan.
3.5
Fokus Penelitian
Sesuai
dengan desain penelitian di atas, maka fokus penelitian adalah spesifik pada ruang
lingkup kertas ramalan Ciam Si yang dapat memengaruhi sugestivitas pengunjung
yang melakukan ritual Ciam Si. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
bagaimana kertas ramalan Ciam Si dapat menyugesti seseorang sampai kepada
kehidupannya.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisis
Ciam Si adalah
sebuah tempat di dalam Pesarean Gunung Kawi dimana di dalamnya banyak
pengunjung yang ingin mengetahui makna nasib mereka di masa sekarang maupun di
masa yang akan datang. Adapun prosedur meramalkan nasib mereka itu adalah
dengan mengambil tabung berisikan batang-batang bambu, kemudian memutarkan
tabung tersebut sebanyak tiga putaran ke atas tiga lilin secara bergiliran
sambil membaca doa agar hasil kocokannya berkah. Berikutnya adalah
mengocok-ngocok tabung bamboo tersebut dengan posisi horizontal sambil menunggu
jatuhnya satu batang bamboo.
Tiap batang
bamboo memiliki nomor, maka batang bamboo yang jatuh tersebut kemudian
ditukarkan dengan kertas ramalan bernomor sesuai nomor batang bamboo yang jatuh
tersebut. Kertas ramalan yang didapat berisikan syair dengan makna yang
berbeda-beda. Jika kesulitan menafsirkan syair tersebut, maka dapat meminta ke
para penafsir sekitar Ciam Si untuk ditafsirkan. Jika maknanya adalah baik,
para penafsir Ciam Si dan masyarakat sekitar Pesarean Gunung Kawi menganjurkan
untuk menyimpan kertas tersebut, namun jika maknanya adalah buruk, para
penafsir dan masyarakat menganjurkan untuk membakarnya.
Berikut contoh syair
Ciam Si, dengan nomor bamboo pertama (1).
Matahari
terbit kubrakan awan dan angin
Sinar
yang terang dimuka bumi ada menerangi
Jalannya
ada menghadap terus di lapangan yang diingini
Beribu
perkara tinggal selamat dirinya akan dilindungi
4.2
Pembahasan
4.2.2 Efek Barnum pada Kertas Ramalan
Ciam Si
Setelah
memperhatikan beberapa kertas ramalan Ciam Si, didapatkan bahwa syair yang terdapat
di dalamnya adalah cocok untuk diterapkan kepada semua orang. Pada sebuah
keikutsertaan, kertas yang didapat dan dimaknai sesuai pengalaman peneliti
ternyata cocok pula jika dimaknai sesuai pengalaman teman peneliti. Hal
demikian selaras dengan pendapat berikut.
Dikatakan oleh Irwan Sumadi,
Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Padjajaran mengatakan: “Kalau menurut
saya Ciam Si itu tidak ada apa-apanya, hanya saja bagi mereka yang percaya
terhadap sarana ramalan nasib tersebut mereka meyakini seutuhnya bahwa apa yang
ada dalam ramalan nasibnya dianggap memiliki kebenaran mutlak. Semuanya menurut
saya tergantung pada keyakinan masing-masing peziarah. Bahkan menurut saya,
makam pun yang dianggap oleh mayoritas peziarah itu keramat juga tidak keramat,
kecuali kelebihan spiritualitas dan moralitas dua tokoh tersebut. Itu saja yang
saya yakini,bukan sebagai objek yang bisa menimbulkan kekayaan dan pesugihan” (http://syariah.uin-malang.ac.id).
4.2.3 Motif
Ketenangan Batiniah
Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara, didapat data bahwa hampir atau bahkan semua pengunjung
Ciam Si adalah penduduk dengan problem psikologis. Hal ini semakin memperkuat
pernyataan bahwa motif para pengunjung Ciam Si mengundi nasib mereka ke sana
adalah untuk mendapatkan ketenangan batiniah atau ketenangan psikologis.
Prosedur pengocokan tabung bamboo yang diajarkan oleh pemandu di sekitar Ciam
Si adalah mengocoknya sebanyak maksimal tiga kali. Tiga kali dalam hal ini
adalah ketika makna syair dalam kertas ramalan yang didapat kurang memuaskan.
Sesuai
prosedur, para pengunjung dianjurkan untuk mengocok tabung bamboo satu kali
lalu melihat syairnya. Jika syairnya sudah bagus, maka ia dianggap cukup dan
dianjurkan untuk menyimpan kertas ramalan tersebut. Jika hasilnya tidak bagus,
ia dianjurkan untuk mengocok kedua kalinya. Seperti sebelumnya, jika hasilnya
bagus maka pengunjung tersebut dianggap cukup dan menyimpan kertas tersebut.
Namun, jika hasilnya masih kurang bagus, ia diperbolehkan untuk mengocok ketiga
kalinya. Jika hasilnya bagus, ia dianggap cukup dan agar menyimpannya. Namun,
jika hasilnya tetap tidak bagus, maka disimpulkan para penafsir, pengunjung
tersebut memang benar-benar mengalami nasib yang kurang baik dan agar
berhati-hati dalam menjalani hidupnya.
Sebenarnya
setiap orang memanglah harus senantiasa berhati-hati dalam hidupnya. Hanya saja
disini timbul pertanyaan, mengapa kocokan hanya diperbolehkan berlanjut pada
saat mendapatkan hasil yang buruk? Mengapa saat mendapatkan hasil yang baik
sudah dianggap cukup dan tidak boleh mengocok lagi? Kembali kepada motif awal,
orang yang mengunjungi Ciam Si dan mengundi nasib di dalamnya adalah karena
motif ingin mendapatkan ketenangan batiniah. Para pengunjung disana banyak yang
tertimpa masalah psikologis, dan ketika mereka mendapatkan hasil ramalan yang
baik, batinnya akan tenang. Namun, ketika ia mendapatkan hasil yang kurang
baik, diperbolehkan mengocok sampai hasilnya baik dan diperbolehkan berhenti.
Pengunjung yang sampai ketiga kalinya mendpatkan hasil yang tidak baik, hanya
dinasihati agar berhati-hati dalam hidupnya. Tidak ada sindiran atau kritikan
tajam kepadanya namun lebih kepada menenangkan hati.
4.2.4 Konstruk
Personal Kelly
Dari
hasil ramalan yang mengandung efek Barnum tersebut sehingga cocok untuk
diterapkan pada semua orang, pengunjung yang membacanya akan tersugesti kertas
tersebut dan menanamkannya pada pikirannya akan nasihat tersebut. Sugesti diterima
karena pengunjung memang menginginkan hasil ramalan yang baik dan atau yang
menenangkan batiniah. Kemudian, bagaimana syair tersebut cocok pada kehidupan
seseorang sampai akhirnya senasib sama dengan makna syair tersebut?
Kelly
memandang setiap orang hidup dengan hipotesisnya masing-masing. Syair dalam
kertas ramalan yang diinternalisasikan tersebutlah yang menjadi hipotesis
pengunjung Ciam Si yang percaya dengan ramalannya. Hipotesis tersebut mengarahkan
kehidupan seseorang dan membuatnya semakin sesuai dan cocok dengan makna syair
tersebut. Dalam Konstruk Personal, individu juga berperilaku untuk
mengantisipasi pengalaman buruknya dan membangun konstruk serta harapannya di
masa depan. Tidak ada ramalan Ciam Si yang memfokuskan nasib seseorang pada masa
lampau, namun pasti di masa sekarang atau mayoritas di masa depan. Masa lalu seseorang hanya digunakan sebagai alat pembantu
untuk menentukan bagaimana konstruknya mengenai masa depan.
Seseorang
yang terbiasa mencari ramalan ke Ciam Si saat ia mengalami problem psikologis
mungkin tidak bebas dalam aktivitas hidupnya. Hal ini disebabkan oleh penyebab
gangguan psikologis yang dikemukakan Kelly, yakni kecemasan. Orang yang dilanda
kecemasan sering salah konstruk dalam mempersepsikan hidupnya. Tujuan para pengunjung
mendatangi Ciam Si yang kemudian mendapatkan hasil ramalan disana adalah untuk
mengurangi kecemasan yang ada pada batinnya. Syair-syair yang tenang membuat
hatinya damai dan segar kembali dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.
4.2.5 Data Informan
Informan 1
Nama : Winarto
Asal : Malang
Peneliti : M. Auzan Apta W.
Informan 2
Nama : Ahmad Effendy
Asal : Malang
Peneliti : M. Auzan Apta W.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Hasil
ramalan dalam Ciam Si tidak lain adalah efek Barnum. Hal ini terbukti dari cocoknya
setiap hasil ramalan bila diterapkan pada masing-masing orang yang membaca dan
menghayatinya. Setiap pengunjung mempercayainya karena latar belakangnya yang
mengalami problem psikologis seperti kesulitan ekonomi, kesulitan jodoh, dan
problem yang mengganggu psikologis lainnya. Motif sebenar-benarnya tiap
pengunjung yang datang kesana adalah untuk mencari ketenangan batiniah. Jika
hasil ramalan yang didapatnya adalah bersyair baik, ia akan tenang. Namun, jika
hasil ramalan yang didapatnya tidak bersyair baik, ia tetap bisa menghadapi
masa depannya sesuai petuah syair tersebut. Kemudian, bagaimana kehidupan
seseorang dapat sesuai dengan makna syair tersebut adalah karena makna syair
tersebut telah terinternalisasi ke dalam pikiran orang tersebut. Ramalan atau
makna syair tersebut menjadi hipotesis atau konstruk seseorang dalam menjalani
hidupnya. Sehingga, apa yang dialaminya kelak akan sama dengan apa yang ada di
pikirannya karena pikiran seseorang akan mengarahkan tindakannya.
5.2 Saran
Ramalan
Ciam Si cukup baik dengan menggunakan efek Barnum yang kompleks. Namun,
sebaiknya jika sebuah ramalan adalah benar akurat, perlu dispesifikkan lagi
kata-kata yang ada dalam syair ramalan tersebut agar tidak ambigu. Hasil
ramalan yang menenangkan dapat menyugesti pikiran seseorang, lalu pikiran
seseorang mengarahkan tindakannya. Bagaimanapun, manusia tetap akan percaya
bahwa masa depan tak dapat diramalkan melainkan hanya Tuhan yang mengetahui.
DAFTAR PUSTAKA
Soeryowidagdo. 1989. Pesarean Gunung Kawi: Tata Cara Ziarah dan
Riwayat Makan Eyang Panembahan Djoego, Eyang Raden Mas Iman Soedjono di Gunung
Kawi Malang. Malang: Yayasan Pengelola Pesarean Gunung Kawi 'Bakti Luhur'.
Wade, Carole & Tavris,
Carol. 2007. Psikologi: Edisi Kesembilan
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Roibin. 2012. Petilasan Makam, Ramalan Nasib (Ciamsi)
Pohon Dewandaru, Pemandian, Air Jan-Jam Dan Ritual Wayangan Sebagai Objek
Mitos. http://syariah.uin-malang.ac.id/index.php/komunitas/blog-fakultas/entry/petilasan-makam-ramalan-nasib-ciamsi-pohon-dewandaru-pemandian-air-jan-jam-dan-ritual-wayangan-sebagai-objek-mitos.
Diakses 13 Juni 2012.
Susilo. 2011. Sekilas Penelitian Kualitatif. http://pascaunmulbpp.files.wordpress.com/2008/10/m_s2_sekilaspenelitian-kualitatif.ppt.
Diakses 13 Juni 2012.
Tanpa Nama. 2011. Efek Barnum (Barnum Effect). http://bisikanpena.wordpress.com/2011/04/14/efek-barnum-barnum-effect/.
Diakses 13 Juni 2012.
Tanpa Nama. Metode Penelitian. 2011. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-darulakhir-5228-4-bab3.pdf.
Diakses 13 Juni 2012.
Tanpa Nama. 2011. Metodologi Penelitian. http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pmtk_054004_chapter3.pdf.
Diakses 13 Juni 2012.
LAMPIRAN
Data Wawancara
Wawancara 1
|
Pelaku
|
Narasi
|
Tema
|
|
Interviewer
Interviewee Interviewer Interviewee Interviewer
Interviewee
Interviewer
Interviewee
|
Selamat malam,
Pak!
Ya, dik.
Bapak asalnya
dari mana?
Saya dari
Malang, adik dari mana?
Saya dari
Malang juga, Pak. Oh ya, banyak orang datang ke Ciam Si ini biasanya berdoa
untuk apa ya, Pak?
Ya
macam-macam, kebanyakan untuk ekonomi. Banyak disini orang berkunjung ingin
rezekinya lancar padahal dia tidak berusaha. Banyak juga ingin dapat jodoh.
Malah hampir semuanya karena masalah dik.
Oh, gitu ya
Pak. Oh ya, sebentar saya keliling sama teman dulu ya, Pak. Terima kasih,
Pak.
Ya, sama-sama.
|
Penyebab
|
Wawancara 2
|
Pelaku
|
Narasi
|
Tema
|
|
Interviewer
Interviewee Interviewer Interviewee Interviewer
Interviewee
Interviewer
Interviewee
Interviewer
Interviewee
|
Malam, Mas!
Ya, malam juga
mas.
Asalnya dari
mana masnya?
Saya dari
Malang, samean dari mana mas?
Saya dari
Malang juga. Oh ya, habis ritual Ciam Si mas di dalam?
Iya, kenapa?
Oh, gapapa.
Malam Jumat gini banyak yang berdoa ya mas. Masnya berdoa apa tadi?
Saya berdoa
biar dapat rejeki mas. Ga lancara rejeki akhir-akhir ini. Dagangan saya ga
laku.
Oh gitu ya
mas, yaudah semoga habis berdoa disini bisa laris ya mas dagangannya.
Iya mas, amin.
|
Penyebab
|
Dokumentasi
Gambar 1. Gedung Ciam Si
Gambar 2. Kertas Ramalan Ciam Si
Gambar 3. Pengunjung Ciam Si
Gambar 4. Ritual Ciam Si



